Jakarta -Sudah menjadi impian semua orang tua untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya, termasuk dalam gaya parenting atau dengan lain kata pola pengasuhan anak-anak.
Walaupun seburuk apapun kondisi orang tua tersebut, mereka tetap mengharapkan kualitas penghidupan yang nyaman bagi anaknya.
Namun, gaya parenting yang salah justru dapat menjadikan Anda sebagai orang tua yang buruk bagi anak.
Dikutip dari American Psychological Association, terdapat beberapa gaya parenting atau parenting style yang umum dijumpai.
Di antaranya: Authoritative atau berwibawa.
Dengan pola asuh ini, orang tua mengasuh, responsif, dan mendukung, namun menetapkan batasan yang tegas untuk anak-anak mereka.
Mereka berusaha mengendalikan perilaku anak-anak dengan menjelaskan aturan, berdiskusi, dan menalar.
Mereka mendengarkan sudut pandang anak tetapi tidak selalu menerimanya.
Anak-anak yang dibesarkan dengan gaya ini cenderung ramah, energik, ceria, percaya diri, mengendalikan diri, ingin tahu, kooperatif, dan berorientasi pada prestasi.
Dalam gaya pengasuhan ini, orang tua bersikap hangat, tetapi lemah.
Mereka gagal untuk menetapkan batasan yang tegas, untuk memantau aktivitas anak-anak dengan cermat atau untuk menuntut perilaku dewasa yang tepat dari anak-anak mereka.
Anak-anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan ini cenderung impulsif, memberontak, tanpa tujuan, mendominasi, agresif dan rendah dalam kemandirian, pengendalian diri dan prestasi.
Dalam gaya pengasuhan ini, orang tua tidak responsif, tidak bersedia, dan menolak.
Hasilnya, anak-anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan ini cenderung memiliki harga diri yang rendah dan rasa percaya diri yang rendah dan mencari panutan lain yang terkadang tidak pantas untuk menggantikan orang tua yang lalai.
Dalam upaya untuk menjadi orang tua yang hebat, beberapa orang tua mengadopsi parenting style yang akhirnya malah menjauhkan mereka dari anak-anak mereka, bahkan menjadikan mereka orang tua yang buruk.
Melansir dari india times, untuk mengetahui apa yang anda lakukan salah, berikut adalah gaya pengasuhan negatif dan pengaruhnya pada anak-anak.
Pengasuhan otoriter adalah gaya pengasuhan yang paling ketat, yang menempatkan harapan yang sangat besar pada anak-anak dan sebagian besar berfokus pada kepatuhan, disiplin, kontrol daripada mengasuh dan merawat anak-anak mereka.
Beberapa ciri dari pola asuh ini antara lain penegakan aturan yang ketat, komunikasi yang sepihak, membuat tuntutan yang tidak realistis, dan orang tua tidak hadir secara emosional.
Pola asuh ini sering juga dianggap sebagai “cinta yang keras”, sebab pengakuan orang tua bahwa mereka melakukannya untuk kebaikan anaknya sendiri.
Namun sisi negatifnya, anak rentan terhadap penurunan harga diri dan meningkatkan keraguan diri.
Ini adalah jenis pengasuhan ketika orang tua tidak menetapkan aturan dan harapan ketika menyangkut anak-anak.
Orang tua berkomunikasi dengan bebas dan lebih sering, namun mereka gagal membantu anak-anak mereka dalam membuat keputusan penting atau membimbing melalui suka dan duka.
Mereka mungkin berusaha keras untuk membuat anak-anak mereka puas dan bahagia, yang terkadang dapat sangat memanjakan mereka.
Tak jarang juga orang tua menghindari konflik dengan menuruti tuntutan anak, yang kemudian justru tidak berjalan dengan baik.
Para ahli parenting menganggap pola asuh ini sebagai salah satu gaya pengasuhan terburuk.
Meninggalkan anak-anak mereka untuk berjuang sendiri, serta sangat minim dalam menawarkan perawatan dan keterlibatan dengan mereka.
Tidak ada rasa bimbingan, perhatian dan ketersediaan emosional, yang sangat diperlukan selama tahun-tahun perkembangan anak.
Alhasil, anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang lalai sering kali memiliki harga diri yang rendah, mengalami kesulitan membentuk dan mempertahankan hubungan dekat.
Juga gaya parenting ini membuat anak tidak memahami keselamatan dan keamanan seperti yang telah mereka lakukan untuk diri mereka sendiri sejak tahun-tahun awal.