Flashpacker perkembangan dari frasa backpacker.

Mengutip dari Glosarium Online, flashpacker kegiatan perjalanan atau traveling yang menyerupai naked traveler.

Walaupun dianggap mirip, flashpacker membutuhkan biaya lebih banyak dengan persiapan matang ketimbang naked traveler.

Seorang flashpacker biasanya menggunakan pesawat terbang dan memilih hotel untuk tempat istirahat, bukan sembarang penginapan.

Mengutip dari publikasi Wisatawan Flashpacker: Sebuah Pendekatan Epistemologis, dasarnya flashpacker merupakan backpacker yang berevolusi di dalam melakukan perjalanan.

Jika beberapa dekade yang lalu seorang backpacker masih memiliki bujet perjalanan yang rendah, maka saat ini kemungkinan ia memiliki biaya untuk berpergian yang lebih tinggi.

Secara singkat, flashpacker memiliki anggaran perjalanan yang lebih besar, namun waktu yang lebih terbatas dibandingkan backpacker.

Merujuk blog travel Catperku, flashpacker lebih tepat disebut kaum penggila jalan-jalan yang memosisikan diri di tengah dua golongan, yakni backpacker dan turis.

Kaum flashpacker cenderung moderat daripada backpacker dalam hal pengontrolan anggaran.

Sebab, lebih berorientasi tujuan perjalanan atau pengalaman yang hendak dicari, sehingga anggaran bukan yang terpenting.

Walaupun begitu, flashpacker tetap berbagi prinsip dan semangat yang sama dengan backpacker untuk mengeksplorasi dan mendalami destinasi sebaik-baiknya.

Itu tanpa harus terlena dalam kenyamanan ekstra ala turis, tapi terjebak dalam kekakuan jadwal yang serba mengikat.

Flashpacker memiliki rasa haus yang tak terpuaskan akan kegembiraan dan mampu memanfaatkan peluang perjalanan spontan.

Flashpacker bisa berkunjung di tempat yang agen perjalanan enggan untuk memandu dan wisatawan ogah untuk mengunjunginya.

Melrujuk Crave the Planet, berikut beberapa tanda flashpacker 1.

Senang membayar untuk pengalaman, wawasan, dan kenyamanan Flashpacker senang menyewa alat untuk membuat kenangan, seperti sepeda, ski, perahu layar, papan dayung berdiri, pengalaman sauna, dan lain-lain.

Flashpacker juga akan membayar jasa orang tentang wawasannya, seperti pemandu wisata lokal yang memiliki pengetahuan dan cerita mendalam tentang tempat yang dikunjungi.

Ada pula untuk mengembangkan wawasan dengan para ahli yang mempelajari tempat yang dikunjungi.

2.

Tidak pernah pergi ke tempat yang populer Flashpacker tidak pernah pergi ke tempat yang ada di dalam bucket list saran dari orang-orang atau tempat yang instagramable.

3.

Momentum Flashpacker memahami pertemuan bisa menjadi kenangan yang terbaik.

Bertemu seseorang di kereta, di tengah perjalanan mendaki, atau hanya sekedar bertegur sapa di jalan akan sangat berarti.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *